Parepare – Fenomena perdagangan orang dalam beberapa tahun terakhir makin marak di Indonesia, terutama di sejumlah daerah yang tidak sedikit masyarakatnya menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO), seperti Batam, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi dan beberapa daerah di Jawa dan Sumatera. Berangkat dari fenomena tersebut, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Fatima Parepare, bekerja sama dengan Biarawati Medical Mission Sisters atau Biarawati Karya Kesehatan (BKK) Provinsi Indonesia menggelar Kuliah Umum bertajuk “Pencegahan Tindak Pidana Perdagangan Orang/Tppo Melalui Media Sosial”.
Kegiatan yang dilaksankan pada Jumat, 15 November 2024 ini menghadirkan sejumlah narasumber dari kalangan aktifis dan pejuang kemanusiaan. Hadir diantaranya sejumlah narasumber, yakni Asiila Kamilia, IOM aktifis dari International Organization for Migration (IOM) Indonesia, Sr. Irena Handayani, OSU., Talitha Kum Jaringan Jakarta dan Sr. Agustina Sonda Mase, BKK, JPIC BKK Unit Indonesia. Turut hadir para Biarawati Karya Kesehatan Indonesia, Ketua STIKES Fatima Parepare, Dr. Ns. Henrick Sampeangin, S.Kep.,M.Kes., para dosen dan tenaga kependidikan serta mahasiswa STIKES Fatima Parepare.
Kuliah umum yang berlangsung sejak pukul 08.00 WITA hingga siang hari tersebut juga disiarkan melalui zoom meetings, dimana sejumlah narasumber menyampaikan materi secara online (Live Zoom).
Topik yang diangkat dalam Kuliah Umum ini sangat relevan dengan situasi dan konteks peristiwa di Indonesia yang akhir-akhir ini marak dengan isu dan kasus TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG. Dalam keterangannya, Sr. Agustina Sonda Mase, BKK., menjelaskan bahwa Medical Mission Sisters telah lama berkarya dalam menangani dan mendampingi permasalahan perdagangan orang, khususnya melalui unit Justice Peace Integrity of Creation/JPIC BKK.
“Justice Peace Integrity of Creation/JPIC Kongregasi Biarawati Karya Kesehatan/ BKK Unit Indonesia bekerjasama dengan Talitha Kum Indonesia-Jaringan Jakarta sejak awal terlibat dalam upaya pencegahan Tindak Pidana Perdagangan Orang karena kasus perdagangan orang merupakan kejahatan kemanusiaan, perendahan martabat manusia, perbudakan modern, dsb. Persoalan tindak kejahatan perdagangan orang ini belum sepenuhnya diketahui oleh masyarakat, orang muda dan remaja khususnya di kota Parepare,” jelas biarawati yang saat ini berkarya di unit Personalia Rumah Sakit Fatima Parepare tersebut.
Ia menambahkan bahwa kegiatan Kuliah Umum ini sekaligus merupakan kesempatan sosialisasi tentang pencegahan perdagangan orang khususnya melalui media sosial, yang perlu dilakukan terus-menerus melalui berbagai cara. Untuk itu, JPIC BKK kerjasama Talitha Kum Indonesia-Jaringan Jakarta mengadakan Sosialisasi ke STIKES Fatima Parepare sebagai salah satu usaha pencegahan supaya para mahasiswa-mahasiswi sebagai generasi bangsa tidak mudah terjerumus dalam permasalahan ini, khususnya ketika para mahasiswa lulus dan mencari pekerjaan.
Dalam pemaparannya, Asiila Kamilia, IOM., menyampaikan bahwa ada 3 poin penting dalam memahami Tindak Pidana Perdagangan Orang. “Pertama ialah, Proses: perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang; Kedua, Cara: dengan ancaman kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara; dan Ketiga ialah soal Tujuan: untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi,” ungkap alumni Parahyangan Catholic University, tersebut.
Ia menambahkan bahwa pelaku perdagangan orang bisa dilakukan oleh orang-orang terdekat, seperti orangtua, teman pacar, bahkan sebagian besar dilakukan oleh majikan perusahaan dan pemberi kerja. Di samping itu, juga dapat dilakukan oleh oknum guru dan para perekrut tenaga kerja.
Sementara itu, dalam penjelasannya, Sr. Irena Handayani, OSU., menyampaikan misi besar Talitha Kum, “Talitha Kum Indonesia bersama semua pihak yang berkehendak baik berkomitmen untuk mewujudkan dunia bebas perdagangan manusia dengan melakukan kampanye tentang bahaya perdagangan manusia,
pemberdayaan kelompok religius dan warga masyarakat sebagai agen perubahan, pemulihan martabat korban, dan advokasi kebijakan publik,” ujar Sr. Irena Handayani.
“Perdagangan manusia merupakan masalah kemanusiaan yang sangat besar. Penanganannya membutuhkan kerjasama dari banyak pihak,” harap Sr. Irena Handayani.
Dalam kesempatan yang sama, Sr. Irena menghadirkan Linda, salah seorang korban TPPO, yang mendapatkan kesempatan untuk sharing pengalaman menjadi korban TPPO hingga selamat dari masalah tersebut. “Saya awal mula diiming-iming untuk bekerja di luar negeri, semua fasilitas keberangkatan dibiayai sampai tiba di tempat. Di sana penjagaannya sangat ketat, dan saya ditamping di salah satu gedung. Setelah menunggu berapa lama, saya ternyata dipaksa untuk bekerja membohongi para pekerja dari Indonesia. Jadi saya melakukan penipuan melalui jasa rekrutmen yang ditargetkan harus berhasil. Jika tidak berhasil, maka saya akan diberikan sanksi, seperti tidak diberi makan, disetrum listrik, hingga sanksi yang paling berat,” kisah Linda. Wanita yang saat ini bekerja memerangi TPPO ini, kemudian berhasil menyelamatkan diri dan kembali ke Indonesia dengan selamat.
Kuliah Umum ini diisi juga dengan tanya-jawab antara peserta kepada para narasumber. Para peserta, yang didominasi oleh mahasiswa tersebut bertanya tentang proses para pelaku TPPO melakukan aksinya serta bagaimana cara penanganannya.
Di akhir Kuliah Umum, Sr. Agustina Sonda Mase, BKK., menutup dengan kesimpulan, mengajak semua yang hadir untuk bersama-sama memerangi masalah TPPO. “Jangan ragu-ragu untuk melaporkan jika ada yang menemukan adanya tindakan perdagangan orang,” tegasnya.
Acara ditutup pada pukul 12.00 Wita, dan seluruh peserta menyambut gembira dan menyatakan siap untuk memerangi tindakan perdagangan orang.
“Kegiatan ini sangat bermanfaat, terutama dengan topik yang sangat aktual belakangan ini. Banyak korban adalah para wanita dan anak-anak. Kita berharap, agar masalah-masalah perdagangan orang ini tidak terjadi lagi. Secara keseluruhan, kegiatan ini sangat penting, karena para mahasiswa di kemudian hari akan sibuk mencari pekerjaan setelah mereka lulus nanti. Kegiatan hari ini, menjadi salah satu upaya pencegahan, terutama dengan berbagai materi dan sharing pengalaman yang sangat berarti. Kami mengucapkan terima kasih kepada para Suster BKK atau Medical Mission Sisters, serta kepada para narasumber yang luar biasa,” ucap Ns. Yunita palinggi, S.Kep.,M.Kep., Ketua Satgas Penanganan Pencegahan Kekerasan Seksual STIKES Fatima Parepare. (Ap)